Hati-Hati Dalam Berdo'a



Bismillah...
Sejak kuliah, saya sering menuliskan apa-apa yang saya impikan. Beberapa diantaranya saya tulis sebagai catatan, ada pula yang saya tulis di kertas-kerta kecil kemudian saya tempelkan di dinding kost saya.

Kemudian saya berusaha semaksimal mungkin agar apa yang saya semogakan terkabul. Saya merencakanan hal-hal yang harus saya lakukan agar impian itu terkabul. Semuanya saya rancang dengan seksama, sistematis, dan terukur. Meski --jujur-- ada yang terlalu “muluk-muluk”. Saya buat rencana jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Kemudian saya melakukannya apa yang saya rancang itu semaksimal mungkin. Sebagian besar rencana itu saya jalankan, meski adapula yang tidak bisa dikerjakan, atau sengaja tidak saya jalankan. Dan Ini wajar.

Selain berusaha, tentu saya juga berdoa. Doa dengan sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin. Repetisi itu kunci.

Diantara beberapa kertas yang terpampang nyata di “dream wall” kamar kos saya, sebagian besar terkabul. Impian saya terlaksana. Ada pula yang gagal. Satu diantara yang terlaksana adalah diterima bekerja di perusahaan bonafide di luar negeri dengan gaji besar dan jabatan yang mentereng. Yap. Itu salah satu impian saya. Bahkan saya bermimpi agar itu terwujud sebelum saya wisuda S1. Alhamdulillah terwujud juga. Thanks God ! Saya diterima bekerja di sebuah konglomerasi besar di Asia Tenggara. Sebuah grup perusahaan yang membidangi berbagai usaha kerja di beberapa negara. Saya diminta bekerja di Head Quarter-nya, di Myanmar. Jabatan yang ditawarkanpun bisa dikata “top-level management”. Apa yang saya kerjakan directly reported to the CEO. Gaji ? Saya tidak bisa sebutkan. Bukan gaji fresh-graduate yang seharusnya. Benar. Dolar. Saya bahkan membayangkan ketika kurs rupiah terkecik waktu itu, gaji saya meroket dari sebelumnya. Belum lagi fasilitas lain dari perusahaan.

In fact, saya tidak mengambil pekerjaan itu. Saya justru memilih bekerja di suatu perusahaan Fast Moving Consumer Goods (FMCG) besar kepunyaan salah satu dari 10 orang terkaya seantero Indonesia. Saya diterima melalui program akselerasi Management Trainee. Impian sebagian besar lulusan baru yang ingin  cepat naik jabatan, naik gaji juga tentunya.

Kenapa demikian ? Belakangan saya menyadari kalau ada yang salah dengan do’a saya. Ada yang salah dengan impian saya. How Come ? Padahal surat kontrak kerja sudah terkirim ke email saya. Saya beberapa kali saya ditelfon untuk mengkonfirmasi “Apa Gajinya Kurang?”. Semua keluarga saya setuju saya menerima tawaran ini. Mereka support penuh pilihan yang saya ambil. Saya tahu alasan dari dukungan itu. Saya memahaminya. Suatu siang saya dengan berat hati menolak tawaran ini ketika Sang Head of HRGA meminta saya mengirimkan pasport untuk dibuatkan vissa. Saya tidak bisa memastikan iman saya di sana. Saya juga khawatir kesulitan sholat dan ibadah lain yang bisa melalaikan saya kepada Tuhan. Termasuk sholat jum’at, dan lain sebagainya. Setidaknya itulah alasan yang saya berikan. Perusahaan menjelaskan dan pasti mengharapkan saya kembali mempertimbangkan. Tapi...

Apa yang salah dengan do’a saya ? Saya beroda agar diterima. Saya tidak berdoa agar saya bisa bekerja. Apakah ada penyesalan dari kejadian ini ? I am only human. Bagaimanapun penyesalan  saya hari ini, saya tidak bisa menyalahkan siapapun. Saya hanya manusia dan saya harus menyalahkan diri sendiri. Manusia hanyalah manusia. Terbiasa salah dan hanya Tuhan-lah ia bersandar. Hanya Tuhan yang bisa diandalkan. Setidaknya itulah yang saya jadikan obat penyesalan itu.

Apa korelasi kesalahan do’a saya dengan apa yang saya lakukan saat ini ? Do’a berisikan impian. Do’a melesatkan perjuangan yang dikerjakan. Barangkali apa yang saya perjuangkan selama ini hanya agar saya bisa diterima bekerja di sana. Bukan justru saya mempersiapkan agar saya bisa bekerja di sana.

Alloh Maha Kuasa. Ya Maalik. “Maha Suci Alloh yang menguasai (segala) kerajaan. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu” (Q.S.;67:Al-Mulk (1)). Kadangkala manusia hanya meminta apa yang dia inginkan. Atau hanya meminta sesuatu yang sifatnya kecil. Padahal Tuhan mampu meberikan sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih bermanfaat dari apa yang dido’akan selama ini. Saya mengambil hikmah. Saya harus terus mengandalkan Tuhan. Saya akan/sedang/terus merivisi do’a-do’a saya kemudia merepetisinya lagi.  Karena sejatinya, “Alloh tempat meminta segala sesuatu” (Q.S.:112; Al-Ikhlas (2)).

Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil ‘Adziim...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gila, Keren Parah !

Tipe-Tipe Anak Muda